Jejak Yang Tak Terlihat -Vitto Sampouw


Bab 1

Hujan baru saja reda saat aku keluar dari kantor kecilku. Udara masih dingin dan jendela mobil di tepi jalan tampak berkabut. Malam itu terlalu sepi untuk ukuran hari Jumat.

Tiga hari lalu, ada laporan bahwa seorang pria bernama Rafael, umur 42 tahun, menghilang tanpa jejak. Dia bukan orang terkenal. Hanya pemilik toko elektronik kecil di Jalan Matta No. 45.

Yang aneh, catatan terakhir di toko Rafael menunjukkan transaksi terakhir terjadi tiga hari sebelum ia menghilang. Hari itu juga, tokonya tutup lebih awal tanpa alasan jelas.

Di meja kerjanya, aku menemukan secarik kertas tua berisi angka-angka dan satu kalimat aneh:

"Bukan siapa yang mengambilnya. Tapi siapa yang tahu."

Tak ada sidik jari selain miliknya sendiri. Tak ada tanda perlawanan. Lantai toko bersih seperti baru dipel. Seolah dia pergi dengan tenang, bukan dipaksa.

Lalu, aku menemukan foto di bawah mejanya. Foto itu menunjukkan Rafael bersama tiga orang lainnya. Salah satu dari mereka menatap kamera dengan ekspresi aneh. Tatapannya membuatku curiga.

Ini bukan penculikan biasa. Ini soal rahasia yang sudah lama disembunyikan.


Bab 2

Aku menelusuri tiga orang dalam foto itu. Dua dari mereka mudah ditemukan, mantan rekan kerja Rafael yang sekarang tinggal di luar kota. Tapi pria keempat dalam foto itu tidak terdaftar di mana pun.

Seorang anak muda, pelanggan tetap toko Rafael, mengatakan bahwa sering mendengar Rafael bicara sendiri malam-malam.

"Pak Rafael sering bilang, 'Aku sudah simpan itu baik-baik. Jangan paksa aku.'"

Sesuatu yang ia sembunyikan. Tapi apa?

Malam itu aku kembali ke toko. Di rak belakang, aku menemukan papan kayu yang tampak lebih baru. Aku congkel dengan obeng, dan di baliknya ada kotak logam kecil.

Di dalamnya ada USB.


Bab 3

File pertama di USB itu berjudul "MATTA_45_LOG.mp4". Isinya video Rafael, duduk di tokonya.

"Kalau kamu menonton ini, berarti aku sudah pergi. Bukan melarikan diri, tapi untuk melindungi. Enam tahun lalu aku temukan spyware tersembunyi di sebuah motherboard rusak. Alat ini mencuri data pribadi dan mengirimkannya ke server milik pemerintah."

Aku terdiam. Ini bukan kasus orang hilang biasa. Ini lebih besar.

"Aku simpan semua bukti di tempat yang hanya bisa dibuka dengan kode 4-1-3-9. Dan tolong... lindungi Clara. Mereka akan mencarinya."

Siapa Clara?


Bab 4

Ternyata Clara Yuliana adalah anak angkat Rafael. Mahasiswi jurusan teknik informatika. Saat aku temui, dia sedang ketakutan. Sudah merasa diawasi sejak beberapa hari.

Dia tak tahu soal spyware, tapi ingat ayah angkatnya pernah menyuruhnya menghafal angka 4-1-3-9.

Kami mencari kemungkinan tempat penyimpanan kedua. Mungkinkah itu kode loker?

Di stasiun kereta tua yang sudah tak terpakai, aku temukan loker nomor 4139. Di dalamnya ada hard disk dan sepucuk surat:

"Untuk siapa pun yang menemukan ini: kebenaran harus dibuka. Mereka akan terus mencoba menutupinya. Tapi selama ada orang yang peduli, harapan masih ada."

Di balik surat itu, tertulis tangan Rafael:

"Aku pergi bukan karena takut. Tapi karena aku tahu mereka akan datang. Jika aku tetap di sini, Clara akan jadi target. Dengan menghilang, aku beri waktu bagi dia untuk bersiap. Aku akan tetap mengawasi dari jauh — sampai saatnya tiba untuk kembali."


Bab 5

Aku menyerahkan bukti ini ke jurnalis independen yang bisa dipercaya. Lalu menghilang untuk sementara waktu.

Toko Rafael tetap kosong sampai hari ini. Tak ada penjelasan resmi soal kepergiannya.

Clara sekarang membangun sistem keamanan untuk melindungi data pribadi semua orang.

Beberapa orang bilang Rafael gila. Tapi aku tahu satu hal:

Kadang, suara yang paling pelan menyimpan pesan paling penting.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

Gen Alpha