Anak dan Kemiskinan — Ketika Cinta Tak Cukup

📝 Anak dan Kemiskinan — Ketika Cinta Tak Cukup

🖊️ Oleh: Vitto Sampouw ~ with ChatGPT (OpenAI), 2025

🎒 Anak itu tanggung jawab, bukan pelarian.

Banyak orang miskin di negeri ini percaya bahwa anak itu “rejeki” —
tapi gak sadar bahwa membesarkan anak tanpa kemampuan adalah meninggalkannya di tengah medan perang, tanpa senjata.

Aku tahu banyak orang baik yang lahir dari keluarga miskin.
Tapi juga terlalu banyak anak-anak yang:

  • Putus sekolah karena orang tua tak sanggup

  • Jadi buruh di usia belia karena dapur harus tetap ngebul

  • Dipaksa ikut “jual suara” dalam pemilu karena orang tua butuh beras


📉 Lingkaran Setan yang Tak Pernah Putus

Miskin → Punya anak → Anak tumbuh tanpa pendidikan → Ikut sistem rusak → Miskin lagi → dan berulang...

Sementara itu, negara sibuk bicara “bonus demografi” tanpa memikirkan bagaimana kualitas hidup anak-anak yang terlahir dalam sistem yang timpang ini.


🔥 Berani Menunda Itu Bentuk Perlawanan

Menunda punya anak bukan berarti gak bersyukur.
Itu justru bukti bahwa kita peduli, sadar, dan bertanggung jawab.

Di negara yang gagal memberi keadilan sosial,
kadang keputusan kecil seperti "menunda punya anak" adalah cara rakyat melawan sistem yang ingin terus melanggengkan kemiskinan.


🤝 Bukan Menyalahkan, Tapi Mengajak Berpikir

Tulisan ini bukan untuk menghakimi,
tapi untuk membuka mata.

Anak bukan sekadar simbol cinta.
Anak adalah nyawa, masa depan, dan beban moral.

Kalau kamu belum sanggup memberi masa depan,
mungkin kamu harus memberi ruang dulu — bukan anak.


📌 Penutup:

Cinta boleh besar.
Tapi tanggung jawab harus lebih besar.


Kalau kamu setuju atau gak setuju, silakan komentar.
Yang penting kita masih mau mikir.
Karena bangsa yang berhenti mikir, akan selamanya hidup dalam perut kosong dan suara yang bisa dibeli.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

Gen Alpha

Jejak Yang Tak Terlihat -Vitto Sampouw